Minggu, 24 April 2016

LINGKUNGAN MTs. NEGERI BATUDAA







LAPORAN PENELITIAN SISWA

PENGHIJAUAN DI LINGKUNGAN 
MTs. NEGERI BATUDAA

OLEH 
PUTRI MAHARANI NOHO


PENDAHULUAN
 Latar Belakang Masalah
Adanya berbagai perubahan kondisi dan kualitas lingkungan tentunya akan bisa berpengaruh buruk terhadap manusia. Beragam bentuk kerusakan lingkungan, seperti pencemaran udara, pencemaran air, dan menurunnya kualitas lingkungan akibat bencana alam, banjir, longsor, kebakaran hutan, krisis air bersih, sekolah menjadi gersang. Hal ini lama kelamaan akan dapat berdampak global pada lingkungan, khususnya bagi kesehatan masyarakat dan sekolah itu sendiri.
Manusia memang terkadang tenggelam dalam rangkaian kegiatan yang terlalu berlebihan dan tidak memperhatikan kepentingan lainnya. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam menata dan memelihara kelestarian lingkungan, telah mengakibatkan kemerosotan kualitas lingkungan yang begitu parah. Hal ini hendaklah menjadi perhatian khusus bagi penanggung jawab sekolah dan komunitasnya dalam menata kembali lingkungan sekolah dari segala bentuk berbagai kerusakan lingkungan, disamping menciptakan dan membangun budaya pelaku pendidikan dalam berwawasan lingkungan.
Dalam konteks ini, tidaklah berlebihan jika gerakan ramah lingkungan pun bisa kembali digalakkan melalui program penghijauan lingkungan sekolah secara menyeluruh.  Sebab, dalam rangka menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan hidup, sangatlah perlu adanya kerja sama yang baik antara pemerintah, masyarakat dengan sekolah itu sendiri. Berbagai bencana alam yang sering melanda sebagian wilayah di negara kita pada dasarnya merupakan akibat kurangnya kesadaran masyarakat dalam menata dan memelihara kelestarian lingkungan.
Masalah lingkungan, seperti bencana banjir, bencana kekeringan, tanah longsor, kebakaran hutan, masalah sampah, dan meningkatnya kadar polusi udara merupakan masalah lingkungan yang bukan tergolong sepele. Betapa tidak? Sebab, tidak terselesaikannya atau berlarut-larutnya masalah lingkungan akan menghancurkan potensi pemenuhan generasi mendatang.
Pembangunan di berbagai sekolah hendaklah bisa memperhatikan ekosistem di sekitarnya. Janganlah, eksistensi lingkungan dikesampingkan oleh dalih penataan lingkungan tanpa menghiraukan kelestarian dan kenyamanan lingkungannya.
Menyikapi hal ini, sebagai pelaku pendidikan dan anggota masyarakat yang cinta lingkungan, paling tidak kita secara moral (etika) bisa ikut berpartisipasi pada setiap program yang berkait dengan kelestarian lingkungan hidup yang dicanangkan oleh pemerintah melalui lingkungan paling dekat dengan kita yaitu lingkungan sekolah.

Rumusan Masalah
1.       Bagaimanakah proses pembentukan lingkungan penghijauan di MTs. Negeri Batudaa ?
2.      Bagaimanakah kondisi penghijauan di MTs. Negeri Batudaa ?
3.       Bagaimanakah perawatan perawatan lingkungan penghijauan MTs. Negeri Batudaa ?
Manfaat Penelitian
Dengan adanya penerapan penghijauan lingkungan sekolah diharapkan bisa menjadi salah satu alternatif dalam menata dan memelihara kelestarian lingkungan hidup di wilayah Indonesia. Disamping adanya kesadaran masyarakat yang tinggi dalam memelihara dan melestarikan lingkungan hidup dalam rangka mengantisipasi dari segala bentuk pengrusakan dan pencemaran lingkungan.

PEMBAHASAN 
1.    Proses
Hal yang perlu dilakukan dalam penghijauan adalah:
·   Pengelolaan limbah/ sampah dan air
·   Landscaping dan penghijauan
·   Perawatan fisik bangunan dan lingkungan
·  Sekolah menjadi pusat penghijauan (green school) yang bermanfaat bagi lingkungan
2.    Kondisi
Kondisi Penghijauan di MTs. Negeri Batudaa berjalan dengan lancar. Sehingga lingkungan menjadi hijau, asri, sehat, bersih dan terjaga.
3.    Perawatan
Cara agar lingkungan tetap terjaga adalah:
·         Jangan memetik, memangkas, merusak tanaman yang ada.
·          Dilarang menginjak, bermain di taman rumput dan taman hias yang mengakibatkan rumput-rumput itu mati.
·         Dilarang membuang sampah pada tanaman.
·          Dilakukan kerja bakti untuk membersihkan sampah sehingga taman terlihat indah.
·         Di taman sekolah diupayakan agar terawat dengan cara menyapu, menyiram, meberi pupuk sehingga bertambah subur.
·         Berilah obat pembasmi hama sehingga tanaman tidak terganggu pertumbuhannya.

4.    Manfaat
Membangun kesadaran siswa agar mempunyai wawasan lingkungan yang luas merupakan “pilar” dalam menjaga kondisi lingkungan benar-benar jauh dari berbagai sumber pengrusakan dan pencemaran lingkungan. Sebab, pada dasarnya masalah lingkungan yang mengakibatkan kerusakan lingkungan disebabkan oleh tangan-tangan manusia itu sendiri.
Dengan pola pendidikan, melalui institusi pendidikan ataupun dengan penyuluhan langsung ke  siswa secara sungguh-sungguh akan terciptalah akar budaya masyarakat yang mempunyai kesadaran lingkungan yang tinggi. Artinya, etika lingkungan akan menjadi pondasi dalam setiap pembangunan di Indonesia.




PENUTUP
1.     Kesimpulan
Penataan Lingkungan Sekolah menjadi Green School merupakan penataan lingkungan sekolah sehingga dapat menciptakan suasana yang asri, sejuk, bersih, sehat dan dapat mendukung proses pelaksanaan KBM dengan status: dalam ruang atau luar ruang, dalam ruang dan luar ruang, serta bermanfaat bagi lingkungan luar sekolah. 
Lingkungan sekolah yang kondusif sangat diperlukan dalam menghasilkan tamatan yang cakap melalui proses belajar mengajar berbasis sistem pendidikan yang bermutu. Tidak itu saja, lingkungan sekolah yang kondusif juga akan ikut mendorong terwujudnya pola hidup bermutu yang pada saat ini sangat diperlukan dalam meningkatkan daya saing bangsa dimata dunia sekaligus melestarikan kekayaan sumber daya alam hayati Indonesia.
2.    Saran
Mari kita lakukan penghijauan di lingkungan MTs. Negeri Batudaa ini.





LAPORAN PENELITIAN

DAUR ULANG LIMBAH PLASTIK
OLEH
NURAIN PRATAMI KONIJO


PENDAHULUAN

A.     LATAR BELAKANG MASALAH
Akhir-akhir ini, limbah lastic bekas botol minuman di sekitar kita semakin meningkat. Bertambahnya jumlah sampah menyebabkan dampak yang cukup buruk kepada lingkungan. Sampah dalam bentuk lastic cukup susah diuraikan. Penelitian menunjukkan bahwa sampah lastic akan terurai dalam jangka waktu 50 juta tahun. Bayangkan, apabila hal ini tidak ditangani maka bumi akan menjadi  kjokenmodinger alias tempat tinggal yang terbentuk dari sampah dan  barang tidak berguna.
Berdasarkan hal yang telah terurai sebelumnya, sudah seharusnya ada suatu cara untuk mengolah atau memanfaatkan limbah plastik bekas ini. Dalam pengolahannya, kita dapat memikirkan aspek ekonomisnya pula, agar kita terpicu untuk terus merecycle alias mendaur ulang limbah botol plastik bekas untuk menyelamatkan eksistensi kebersihan bumi tercinta ini.

B.     PERUMUSAN MASALAH
Masalah yang akan dibahas dalam laporan ini adalah bagaimana cara agar dapat diperoleh kerajinan plastik  daur ulang bunga dengan warna yang menarik namun ramah lingkungan.

C.     TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan proses daur ulang plastik bekas minuman dengan menggunakan metode sederhana dan menggunakan bahan–bahan  ramah lingkungan seperti Limbah plastik dan memprosesnya menjadi kerajinan tangan berupa bunga hias yang dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari.


METODOLOGI CARA KERJA
A.    Alat dan Bahan :
1.   2 botol besar bekas
2.   2 botol kecil bekas
3.   Gunting
4.   Cat Semprot
5.   Kawat
6.   Spidol ( permanen )
7.   Sterofom
8.  Kertas Krep

B.     Cara Membuat :
Langkah-langkah cara membuat bunga dari plastik botol :
1. Anda dapat memberi garis pada botol bagian atas hingga membentuk pola yang akan dipotong. Pola tersebut berbentuk bunga dengan pusat pada tutup botol.
2. Potong botol pada bagian tengah hingga menjadi dua, usahakan pola bunga tidak terpotong.
3. Buka tutup botolnya
4. Gunting sesuai garis pola yang telah kita buat tadi.
5. Setelah digunting, renggangkan bunga agar tampak mekar.
6. Jika perlu, anda dapat mewarnainya dengan cat semprot.
7. Potong sterofom menjadi bulat dengan ukuran lubang botol.
8. Masukkan sterofom kedalam bagian lubang bunga.
9. Tambahkan bunga yang kecil keatas bunga yang besar (Botol besar & botol kecil).
10. Tambahkan Kawat pada sterofom agar tampak seperti tangkai. Hiasi kawat dengan kertas krep jika perlu.


C.     Manfaat :
1.    Dengan menggunakan limbah plastik, dapat mengurangi limbah, menjaga kebersihan, menjaga dan merawat bumi kita.
2.    Mengajarkan untuk lebih kreatif dengan menggunakan bahan-bahan yang mudah didapat seperti limbah plastik.
3.    Bagian yang tidak dipakai dapat digunakan kembali untuk dibuat kerajian, misalnya tirai dari limbah plastik bekas minuman.
4.    Dapat meningkatkan nilai ekonomis limbah plastik yang sudah menjadi sampah.
5.    Merupakan latihan kewirausaha
6.     Mendukung program pemerintah, dengan menggunakan keranjang dari limbah plastik, selain dapat mengurangi jumlah limbah plastik, juga dapat mengurangi pemakaian kantong plastik.
7.     Bunga yang dihasilkan dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari, misalnya digunakan sebagai hiasa di rumah atau di sekolah.


PENUTUP

A.    KESIMPULAN
1.    Limbah plastik dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui proses daur ulang
2.    Menambah nilai tambah pada benda tersebut agar bernilai ekonomi tinggi dan dapat menjadi sebuah peluang bisnis.
3.    Dengan memanfaatkan limbah plastik dapat mendukung program pemerintah “go green” yang saat ini sedang gencar digalakan oleh berbagai kalangan.

B.     SARAN
Sebaiknya dalam pembuatan kerajian tangan dari limbah seperti ini, sisa bahan yang tidak terpakai dapat dimanfaatkan kembali untuk dibuat kerajinan tangan lainnya, seperti yang saya cantumkan di kesimpulan. Dan sebelum menggunakan bahan dari limbah, sebaiknya dicuci hingga bersih terlebih dahulu mengingat bahan yang kita gunakan adalah limbah atau sampah yang tentunya mengandung banyak bakteri.
Penulis sadar bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak kesalahan yang didapat mengingat penulis hanya manusia biasa yang tak luput dari salah. Maka itu, penulis memohon kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca agar dapat menjadi motivasi  bagi penulis untuk lebih baik lagi.


LAPORAN PENELITIAN SISWA

PEMBUATAN PUPUK KOMPOS

OLEH
MOHAMAD REZA S. ALI

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang.
            Berdasarkan  UU no 12 tahun 1992 pasal 20 ayat 2,  yang berbunyi “pelaksanaan perlindungan tanaman  menjadi  tanggug  jawab masyarakat dan pemerintah”, tersirat kewajiban seluruh lapisan masyarakat untuk ikut aktif dalam menghasilkan tanaman budidaya yang berkualitas bagus serta aman untuk dikonsumsi. Untuk menghasilkan tanaman organic yang berkualitas maka perlu adanya perawatan yang serius seperti pemberian pupuk kompos. Selain pupuk kompos dapat meningkatkan kualitas tanaman, juga dapat memperbaiki struktur tanah, serta dapat menciptakan budaya hidup sehat. Karena dengan pembuatan kompos ini, sampah rumah tangga tidak lagi mencemari lingkungan dan menimbulkan masalah namun justru mendatangkan keuntungan.
            Pupuk kompos adalah pupuk yang dibuat  dari sampah organik. Pembuatan pupuk kompos ini tidak terlalu rumit, tidak memerlukan tempat yang luas serta tidak menghabiskan banyak biaya. Kompos yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sendiri, tidak perlu membeli.
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembap, dan aerobik atau anaerobik (Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003). Sedangkan pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, mengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan. Sampah terdiri dari dua bagian, yaitu bagian organik dan anorganik. Rata-rata persentase bahan organik sampah mencapai ±80%, sehingga pengomposan merupakan alternatif penanganan yang sesuai. Kompos sangat berpotensi untuk dikembangkan mengingat semakin tingginya jumlah sampah organik yang dibuang ke tempat pembuangan akhir dan menyebabkan terjadinya polusi bau dan lepasnya gas metana ke udara. DKI Jakarta menghasilkan 6000 ton sampah setiap harinya, di mana sekitar 65%-nya adalah sampah organik. Dan dari jumlah tersebut, 1400 ton dihasilkan oleh seluruh pasar yang ada di Jakarta, di mana 95%-nya adalah sampah organik. Melihat besarnya sampah organik yang dihasilkan oleh masyarakat, terlihat potensi untuk mengolah sampah organik menjadi pupuk organik demi kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat (Rohendi, 2005).
Kompos sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari, dapat menyuburkan tanaman budidaya masyarakat cukup dengan biaya yang murah serta dapat mengurangi masalah limbah skala rumah tangga. Oleh karena itu masyarakat diharapkan dapat menerapkannya. Berdasarkan hal diatas penulis mengangkat sebuah penelitian berjudul “Pembuatan Pupuk Kompos Skala Rumah Tangga Menggunakan Bioaktivator EM4 Selama 6 Minggu”.

B.     Rumusan Masalah.
             Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah nya adalah sebagai berikut :
Bagaimana cara membuat kompos dari limbah rumah tangga dengan bioaktivator EM4 selama 6 minggu?



C.     Tujuan Pembahasan.
1.      Mengetahui langkah – langkah pembuatan kompos
2.      Mengetahui cara untuk mempercepat pembuatan kompos
3.      Mengetahui kondisi yang mendukung terbentuknya kompos dalam waktu singkat
4.      Mengetahui proses terjadinya pupuk kompos dari minggu ke minggu
5.      Mengetahui cara pembuatan biokatalisator EM4
6.      Memenuhi tugas muatan lokal


KAJIAN PUSTAKA

 Pengertian Pupuk Kompos
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembap, dan aerobik atau anaerobik (Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003). Sedangkan pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, mengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan.
Sampah terdiri dari dua bagian, yaitu bagian organik dan anorganik. Rata-rata persentase bahan organik sampah mencapai ±80%, sehingga pengomposan merupakan alternatif penanganan yang sesuai. Kompos sangat berpotensi untuk dikembangkan mengingat semakin tingginya jumlah sampah organik yang dibuang ke tempat pembuangan akhir dan menyebabkan terjadinya polusi bau dan lepasnya gas metana ke udara. DKI Jakarta menghasilkan 6000 ton sampah setiap harinya, di mana sekitar 65%-nya adalah sampah organik. Dan dari jumlah tersebut, 1400 ton dihasilkan oleh seluruhpasar yang ada di Jakarta, di mana 95%-nya adalah sampah organik. Melihat besarnya sampah organik yang dihasilkan oleh masyarakat, terlihat potensi untuk mengolah sampah organik menjadi pupuk organik demi kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat (Rohendi, 2005). Pada dasarnya semua bahan-bahan organik padat dapat dikomposkan, misalnya: limbah organik rumah tangga, sampah-sampah organik pasar/kota, kertas, kotoran/limbah peternakan, limbah-limbah pertanian, limbah-limbah agroindustri, limbah pabrik kertas, limbah pabrik gula, limbah pabrik kelapa sawit, dll. Bahan organik yang sulit untuk dikomposkan antara lain: tulang, tanduk, dan rambut.
Teknologi pengomposan sampah sangat beragam, baik secara aerobik maupunanaerobik, dengan atau tanpa aktivator pengomposan. Aktivator pengomposan yang sudah banyak beredar antara lain PROMI (Promoting Microbes), OrgaDec, SuperDec, ActiComp, BioPos, EM4, Green Phoskko Organic Decomposer dan SUPERFARM (Effective Microorganism)atau menggunakan cacing guna mendapatkan kompos (vermicompost). Setiap aktivator memiliki keunggulan sendiri-sendiri.
Pengomposan secara aerobik paling banyak digunakan, karena mudah dan murah untuk dilakukan, serta tidak membutuhkan kontrol proses yang terlalu sulit. Dekomposisi bahan dilakukan oleh mikroorganisme di dalam bahan itu sendiri dengan bantuan udara. Sedangkan pengomposan secara anaerobik memanfaatkan mikroorganisme yang tidak membutuhkan udara dalam mendegradasi bahan organik.
Hasil akhir dari pengomposan ini merupakan bahan yang sangat dibutuhkan untuk kepentingan tanah-tanah pertanian di Indonesia, sebagai upaya untuk memperbaiki sifatkimiafisika dan biologi tanah, sehingga produksi tanaman menjadi lebih tinggi. Kompos yang dihasilkan dari pengomposan sampah dapat digunakan untuk menguatkan struktur lahan kritis, menggemburkan kembali tanah pertanian, menggemburkan kembali tanah petamanan, sebagai bahan penutup sampah di TPA, eklamasi pantai pasca penambangan, dan sebagai media tanaman, serta mengurangi penggunaan pupuk kimia.
Bahan baku pengomposan adalah semua material orgaengandung karbon dan nitrogen, seperti kotoran hewan, sampah hijauan, sampah kota, lumpur cair dan limbah industri pertanian. Berikut disajikan bahan-bahan yang umum dijadikan bahan baku pengomposan.

B.   Manfaat Kompos
Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah. Aktivitas mikroba tanah juga d iketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit. Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, misal: hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak.
Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek:

Aspek Ekonomi :
1.      Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
2.      Mengurangi volume/ukuran limbah
3.      Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
Aspek Lingkungan :
1.      Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas metana dari sampah organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat pembuangan sampah
2.      Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
Aspek bagi tanah/tanaman:
1.      Meningkatkan kesuburan tanah
2.      Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
3.      Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah
4.      Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
5.      Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
6.      Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
7.      Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
8.      Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah

C.     Proses Pembuatan Pupuk Kompos
Proses pengomposan akan segera berlansung setelah bahan-bahan mentah dicampur. Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahap-tahap awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu akan meningkat hingga di atas 50o - 70o C. Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu. Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi dekomposisi/penguraian bahan organik yang sangat aktif. Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi CO2, uap air dan panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur-angsur mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus.Selama proses pengomposan akan terjadi penyusutan volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini dapat mencapai 30 – 40% dari volume/bobot awal bahan.
Skema Proses Pengomposan Aerobik
Proses pengomposan dapat terjadi secara aerobik (menggunakan oksigen) atau anaerobik (tidak ada oksigen). Proses yang dijelaskan sebelumnya adalah proses aerobik, dimana mikroba menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi bahan organik. Proses dekomposisi dapat juga terjadi tanpa menggunakan oksigen yang disebut proses anaerobik. Namun, proses ini tidak diinginkan, karena selama proses pengomposan akan dihasilkan bau yang tidak sedap. Proses anaerobik akan menghasilkan senyawa-senyawa yang berbau tidak sedap, seperti: asam-asam organik (asam asetat, asam butirat, asam valerat, puttrecine), amonia, dan H2S.

METODE PENELITIAN

1.      Rencana Penelitian
Metode penelitian yang digunakan penulis untuk menyelesaikan laporan penelitian ini adalah berbentuk eksperimen dengan metode pengamatan secara kualitatif. Penelitian penulis terkait dengan proses pengomposan limbah rumah tangga menggunakan bioaktivator EM4. karena dengan mengadakan penelitian secara langsung akan membuat pembaca percaya dengan keadaan yang ada.

Waktu dan tempat penelitian
Waktu : tanggal 14 januari 2016 – maret 2016
Tempat :  di rumah desy dwi riana, desa ilomangga.

2. Alat Dan Bahan
1.      Pisau
2.      Ember  +  tutup yang berlubang
3.      Sampah rumah tangga
4.      Tanah lapisan atas / top soil
5.      Pasir
6.      Serbuk gergaji
7.      Bioaktivator EM4
8.      Sarung tangan
9.      Penggaris
10.  Buku catatan

3. Prosedur Penelitian
1.      Menyiapkan alat dan bahan
2.      Mengumpulkan sampah rumah tangga
3.      Di potong kecil - kecil
4.      Memasukkan pasir kedalam ember, secukupnya.
5.      Memasukkan top soil dalam ember tepat di atas lapisan pasir
6.      Memasukkan sampah yang telah di potong - potong
7.      Memasukkan serbuk gergaji ke dalam ember sampai menutupi sampah yang telah dimasukkan
8.      Memberi larutan EM4 secukupnya, tidak terlalu sedikit dan tidak terlalu basah
9.      Menutup ember
10.  Meletakkan ember dalam ruangan yang sesuai
11.  Bawah ember di ganjal agar air yang keluar saat pengomposan berlangsug dapat turun
12.  Mengamati setiap satu minggu sekali
13.  Memasukkan hasil pengamatan kedalam table yang telah dibuat

4. Teknik Analisis Data
            Untuk eksperimen ini penulis memilih menggunakan jenis data berupa table penelitian kualitatif sehingga dapat dengan mudah menganilisis data yang diperoleh dari penelitian. Tehnik ini dilakukan dengan cara melakukan pengamatan setiap satu minggu sekali pada hari Senin. Hal ini dilakukan luring lebih selama 6 minggu, kemudian mencatat hasilnya pada table pengamatan.

PEMBAHASAN
            pada minggu ke nol daun masih tampak segar, berwarna hijau, dan belum tampak adanya aktivitas mikroorganisme sama sekali, tinggi bahan 6 cm dari permukaan drum pengomposan.
            Pada minggu pertama daun sudah mulai layu, warnanya kecoklatan, dan telah tampak aktivitas mikroorganisme serta munculnya jamur berwarna putih pada lapisan teratas, tinggi bahan 8 cm dari permukaan drum pengomposan.
            Pada minggu kedua daun sudah mulai hancur, sehingga nampak tidak begitu jelas dan tercampur menyatu dengan serbuk gergaji, bau khas yang dikeluarkan pada minggu pertama sedikit mulai berkurang pada minggu ini, tinggi bahan 12 cm dari permukaan drum pengomposan.
            Pada minggu ketiga daun sudah hancur, sehingga bahan kompos sudah bercampur merata dengan serbuk gergaji. Sudah tidak menimbulkan bau, tinggi bahan 16 cm dari permukaan drum pengomposan.
            Pada minggu ke empat bahan kompos sudah hancur total, warna coklat kehitaman, bau kompos sudah hilang serta permukaan kompos nya mengalami penurunan dari minggu sebelumnya.
            Pada minggu ke lima warna semakin menghitam, permukaan menurun serta kondisi bahan masih agak lembab.
            Pada minggu ke enam warna kehitaman, tidak ada bau, kelembaban turun dari minggu sebelumnya, tinggi bahan 23 cm dari permukaan drum pengomposan.


PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Bioaktivator EM4 mempengaruhi pengomposan
2.      Bioaktivator mempercepat pengomposan
3.      Pengomposan dimulai dari pembusukan limbah hingga hancurnya limbah
4.      Limbah telah menjadi kompos apabila sudah berwarna kehitaman, di pegang tidak menggumpal dan sudah tidak berbau.


B.     Saran
1.      Sebaiknya sebelum melakukan penelitian, semua alat dan bahan dipersiapkan dengan baik agar tidak kebingungan saat melakukan penelitian.
2.      Sebaiknya kinerja antar anggota kelompok lebih ditingkatkan sehingga laporan dapat diselesaikan dengan tepat.
3.      Seharusnya pengerjaan tugas dilakukan tepat demi tahap agar tidak terlalu berat bebannya.
4.      Seharusnya setiap melakukan pengamatan, didokumentasikan sabagai bukti bahwa peneliti benar-benar melakukan penelitian.