Minggu, 24 April 2016

LAPORAN PENELITIAN SISWA

PEMBUATAN PUPUK KOMPOS

OLEH
MOHAMAD REZA S. ALI

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang.
            Berdasarkan  UU no 12 tahun 1992 pasal 20 ayat 2,  yang berbunyi “pelaksanaan perlindungan tanaman  menjadi  tanggug  jawab masyarakat dan pemerintah”, tersirat kewajiban seluruh lapisan masyarakat untuk ikut aktif dalam menghasilkan tanaman budidaya yang berkualitas bagus serta aman untuk dikonsumsi. Untuk menghasilkan tanaman organic yang berkualitas maka perlu adanya perawatan yang serius seperti pemberian pupuk kompos. Selain pupuk kompos dapat meningkatkan kualitas tanaman, juga dapat memperbaiki struktur tanah, serta dapat menciptakan budaya hidup sehat. Karena dengan pembuatan kompos ini, sampah rumah tangga tidak lagi mencemari lingkungan dan menimbulkan masalah namun justru mendatangkan keuntungan.
            Pupuk kompos adalah pupuk yang dibuat  dari sampah organik. Pembuatan pupuk kompos ini tidak terlalu rumit, tidak memerlukan tempat yang luas serta tidak menghabiskan banyak biaya. Kompos yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sendiri, tidak perlu membeli.
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembap, dan aerobik atau anaerobik (Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003). Sedangkan pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, mengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan. Sampah terdiri dari dua bagian, yaitu bagian organik dan anorganik. Rata-rata persentase bahan organik sampah mencapai ±80%, sehingga pengomposan merupakan alternatif penanganan yang sesuai. Kompos sangat berpotensi untuk dikembangkan mengingat semakin tingginya jumlah sampah organik yang dibuang ke tempat pembuangan akhir dan menyebabkan terjadinya polusi bau dan lepasnya gas metana ke udara. DKI Jakarta menghasilkan 6000 ton sampah setiap harinya, di mana sekitar 65%-nya adalah sampah organik. Dan dari jumlah tersebut, 1400 ton dihasilkan oleh seluruh pasar yang ada di Jakarta, di mana 95%-nya adalah sampah organik. Melihat besarnya sampah organik yang dihasilkan oleh masyarakat, terlihat potensi untuk mengolah sampah organik menjadi pupuk organik demi kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat (Rohendi, 2005).
Kompos sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari, dapat menyuburkan tanaman budidaya masyarakat cukup dengan biaya yang murah serta dapat mengurangi masalah limbah skala rumah tangga. Oleh karena itu masyarakat diharapkan dapat menerapkannya. Berdasarkan hal diatas penulis mengangkat sebuah penelitian berjudul “Pembuatan Pupuk Kompos Skala Rumah Tangga Menggunakan Bioaktivator EM4 Selama 6 Minggu”.

B.     Rumusan Masalah.
             Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah nya adalah sebagai berikut :
Bagaimana cara membuat kompos dari limbah rumah tangga dengan bioaktivator EM4 selama 6 minggu?



C.     Tujuan Pembahasan.
1.      Mengetahui langkah – langkah pembuatan kompos
2.      Mengetahui cara untuk mempercepat pembuatan kompos
3.      Mengetahui kondisi yang mendukung terbentuknya kompos dalam waktu singkat
4.      Mengetahui proses terjadinya pupuk kompos dari minggu ke minggu
5.      Mengetahui cara pembuatan biokatalisator EM4
6.      Memenuhi tugas muatan lokal


KAJIAN PUSTAKA

 Pengertian Pupuk Kompos
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembap, dan aerobik atau anaerobik (Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003). Sedangkan pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, mengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan.
Sampah terdiri dari dua bagian, yaitu bagian organik dan anorganik. Rata-rata persentase bahan organik sampah mencapai ±80%, sehingga pengomposan merupakan alternatif penanganan yang sesuai. Kompos sangat berpotensi untuk dikembangkan mengingat semakin tingginya jumlah sampah organik yang dibuang ke tempat pembuangan akhir dan menyebabkan terjadinya polusi bau dan lepasnya gas metana ke udara. DKI Jakarta menghasilkan 6000 ton sampah setiap harinya, di mana sekitar 65%-nya adalah sampah organik. Dan dari jumlah tersebut, 1400 ton dihasilkan oleh seluruhpasar yang ada di Jakarta, di mana 95%-nya adalah sampah organik. Melihat besarnya sampah organik yang dihasilkan oleh masyarakat, terlihat potensi untuk mengolah sampah organik menjadi pupuk organik demi kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat (Rohendi, 2005). Pada dasarnya semua bahan-bahan organik padat dapat dikomposkan, misalnya: limbah organik rumah tangga, sampah-sampah organik pasar/kota, kertas, kotoran/limbah peternakan, limbah-limbah pertanian, limbah-limbah agroindustri, limbah pabrik kertas, limbah pabrik gula, limbah pabrik kelapa sawit, dll. Bahan organik yang sulit untuk dikomposkan antara lain: tulang, tanduk, dan rambut.
Teknologi pengomposan sampah sangat beragam, baik secara aerobik maupunanaerobik, dengan atau tanpa aktivator pengomposan. Aktivator pengomposan yang sudah banyak beredar antara lain PROMI (Promoting Microbes), OrgaDec, SuperDec, ActiComp, BioPos, EM4, Green Phoskko Organic Decomposer dan SUPERFARM (Effective Microorganism)atau menggunakan cacing guna mendapatkan kompos (vermicompost). Setiap aktivator memiliki keunggulan sendiri-sendiri.
Pengomposan secara aerobik paling banyak digunakan, karena mudah dan murah untuk dilakukan, serta tidak membutuhkan kontrol proses yang terlalu sulit. Dekomposisi bahan dilakukan oleh mikroorganisme di dalam bahan itu sendiri dengan bantuan udara. Sedangkan pengomposan secara anaerobik memanfaatkan mikroorganisme yang tidak membutuhkan udara dalam mendegradasi bahan organik.
Hasil akhir dari pengomposan ini merupakan bahan yang sangat dibutuhkan untuk kepentingan tanah-tanah pertanian di Indonesia, sebagai upaya untuk memperbaiki sifatkimiafisika dan biologi tanah, sehingga produksi tanaman menjadi lebih tinggi. Kompos yang dihasilkan dari pengomposan sampah dapat digunakan untuk menguatkan struktur lahan kritis, menggemburkan kembali tanah pertanian, menggemburkan kembali tanah petamanan, sebagai bahan penutup sampah di TPA, eklamasi pantai pasca penambangan, dan sebagai media tanaman, serta mengurangi penggunaan pupuk kimia.
Bahan baku pengomposan adalah semua material orgaengandung karbon dan nitrogen, seperti kotoran hewan, sampah hijauan, sampah kota, lumpur cair dan limbah industri pertanian. Berikut disajikan bahan-bahan yang umum dijadikan bahan baku pengomposan.

B.   Manfaat Kompos
Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah. Aktivitas mikroba tanah juga d iketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit. Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, misal: hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak.
Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek:

Aspek Ekonomi :
1.      Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
2.      Mengurangi volume/ukuran limbah
3.      Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
Aspek Lingkungan :
1.      Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas metana dari sampah organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat pembuangan sampah
2.      Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
Aspek bagi tanah/tanaman:
1.      Meningkatkan kesuburan tanah
2.      Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
3.      Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah
4.      Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
5.      Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
6.      Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
7.      Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
8.      Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah

C.     Proses Pembuatan Pupuk Kompos
Proses pengomposan akan segera berlansung setelah bahan-bahan mentah dicampur. Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahap-tahap awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu akan meningkat hingga di atas 50o - 70o C. Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu. Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi dekomposisi/penguraian bahan organik yang sangat aktif. Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi CO2, uap air dan panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur-angsur mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus.Selama proses pengomposan akan terjadi penyusutan volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini dapat mencapai 30 – 40% dari volume/bobot awal bahan.
Skema Proses Pengomposan Aerobik
Proses pengomposan dapat terjadi secara aerobik (menggunakan oksigen) atau anaerobik (tidak ada oksigen). Proses yang dijelaskan sebelumnya adalah proses aerobik, dimana mikroba menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi bahan organik. Proses dekomposisi dapat juga terjadi tanpa menggunakan oksigen yang disebut proses anaerobik. Namun, proses ini tidak diinginkan, karena selama proses pengomposan akan dihasilkan bau yang tidak sedap. Proses anaerobik akan menghasilkan senyawa-senyawa yang berbau tidak sedap, seperti: asam-asam organik (asam asetat, asam butirat, asam valerat, puttrecine), amonia, dan H2S.

METODE PENELITIAN

1.      Rencana Penelitian
Metode penelitian yang digunakan penulis untuk menyelesaikan laporan penelitian ini adalah berbentuk eksperimen dengan metode pengamatan secara kualitatif. Penelitian penulis terkait dengan proses pengomposan limbah rumah tangga menggunakan bioaktivator EM4. karena dengan mengadakan penelitian secara langsung akan membuat pembaca percaya dengan keadaan yang ada.

Waktu dan tempat penelitian
Waktu : tanggal 14 januari 2016 – maret 2016
Tempat :  di rumah desy dwi riana, desa ilomangga.

2. Alat Dan Bahan
1.      Pisau
2.      Ember  +  tutup yang berlubang
3.      Sampah rumah tangga
4.      Tanah lapisan atas / top soil
5.      Pasir
6.      Serbuk gergaji
7.      Bioaktivator EM4
8.      Sarung tangan
9.      Penggaris
10.  Buku catatan

3. Prosedur Penelitian
1.      Menyiapkan alat dan bahan
2.      Mengumpulkan sampah rumah tangga
3.      Di potong kecil - kecil
4.      Memasukkan pasir kedalam ember, secukupnya.
5.      Memasukkan top soil dalam ember tepat di atas lapisan pasir
6.      Memasukkan sampah yang telah di potong - potong
7.      Memasukkan serbuk gergaji ke dalam ember sampai menutupi sampah yang telah dimasukkan
8.      Memberi larutan EM4 secukupnya, tidak terlalu sedikit dan tidak terlalu basah
9.      Menutup ember
10.  Meletakkan ember dalam ruangan yang sesuai
11.  Bawah ember di ganjal agar air yang keluar saat pengomposan berlangsug dapat turun
12.  Mengamati setiap satu minggu sekali
13.  Memasukkan hasil pengamatan kedalam table yang telah dibuat

4. Teknik Analisis Data
            Untuk eksperimen ini penulis memilih menggunakan jenis data berupa table penelitian kualitatif sehingga dapat dengan mudah menganilisis data yang diperoleh dari penelitian. Tehnik ini dilakukan dengan cara melakukan pengamatan setiap satu minggu sekali pada hari Senin. Hal ini dilakukan luring lebih selama 6 minggu, kemudian mencatat hasilnya pada table pengamatan.

PEMBAHASAN
            pada minggu ke nol daun masih tampak segar, berwarna hijau, dan belum tampak adanya aktivitas mikroorganisme sama sekali, tinggi bahan 6 cm dari permukaan drum pengomposan.
            Pada minggu pertama daun sudah mulai layu, warnanya kecoklatan, dan telah tampak aktivitas mikroorganisme serta munculnya jamur berwarna putih pada lapisan teratas, tinggi bahan 8 cm dari permukaan drum pengomposan.
            Pada minggu kedua daun sudah mulai hancur, sehingga nampak tidak begitu jelas dan tercampur menyatu dengan serbuk gergaji, bau khas yang dikeluarkan pada minggu pertama sedikit mulai berkurang pada minggu ini, tinggi bahan 12 cm dari permukaan drum pengomposan.
            Pada minggu ketiga daun sudah hancur, sehingga bahan kompos sudah bercampur merata dengan serbuk gergaji. Sudah tidak menimbulkan bau, tinggi bahan 16 cm dari permukaan drum pengomposan.
            Pada minggu ke empat bahan kompos sudah hancur total, warna coklat kehitaman, bau kompos sudah hilang serta permukaan kompos nya mengalami penurunan dari minggu sebelumnya.
            Pada minggu ke lima warna semakin menghitam, permukaan menurun serta kondisi bahan masih agak lembab.
            Pada minggu ke enam warna kehitaman, tidak ada bau, kelembaban turun dari minggu sebelumnya, tinggi bahan 23 cm dari permukaan drum pengomposan.


PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Bioaktivator EM4 mempengaruhi pengomposan
2.      Bioaktivator mempercepat pengomposan
3.      Pengomposan dimulai dari pembusukan limbah hingga hancurnya limbah
4.      Limbah telah menjadi kompos apabila sudah berwarna kehitaman, di pegang tidak menggumpal dan sudah tidak berbau.


B.     Saran
1.      Sebaiknya sebelum melakukan penelitian, semua alat dan bahan dipersiapkan dengan baik agar tidak kebingungan saat melakukan penelitian.
2.      Sebaiknya kinerja antar anggota kelompok lebih ditingkatkan sehingga laporan dapat diselesaikan dengan tepat.
3.      Seharusnya pengerjaan tugas dilakukan tepat demi tahap agar tidak terlalu berat bebannya.
4.      Seharusnya setiap melakukan pengamatan, didokumentasikan sabagai bukti bahwa peneliti benar-benar melakukan penelitian.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar