PEMANFAATAN
LIMBAH KOTORAN SAPI SEBAGAI BIOGAS PENGGANTI BAHAN BAKAR RUMAH TANGGA
DI
SUSUN OLEH
SUKRI,
S.Pd
PENDAHULUAN
Meningkatnya
kebutuhan hidup dan peningkatan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) serta semakin
berkurangnya sumber daya alam yang tidak terbaharui, maka perlu dicarikan suatu
jalan alternatif guna mengganti sumber daya energi tersebut dengan sumber daya
energi yang terbarukan. Kebutuhan energi tersebut sebenarnya tidak lain adalah
energi yang dibutuhkan untuk menghasilkan dan mendistribusikan secara merata
sarana-sarana pemenuhan kebutuhan pokok manusia.
Berbagai
macam bentuk energi telah digunakan manusia seperti batu bara, minyak bumi, dan
gas alam yang merupakan bahan bakar yang tidak terbaharui. Dengan meningkatnya
jumlah penduduk, terutama yang tinggal di perdesaan, kebutuhan energi rumah
tangga masih menjadi persoalan yang harus dicarikan jalan keluarnya.
METODE PENELITIAN
Pengolahan
limbah kotoran sapi sebagai Biogas dilakukan sepenuhnya oleh peneliti. Biogas
digunakan sebagai pengganti bahan bakar rumah tanggga selama 5 tahun, dan
hasilnya lebih memberikan keuntungan ekonomis dan meningkatkan
kesejahteraan.
Bahan
dan alat yang digunakan untuk pemanfaatan limbah kotoran sapi sebagai pengganti
bahan bakar rumah tangga dapat berupa pemakaian minyak fermentasi limbah
kotoran sapi sebagai pupuk.
Metode
yang digunakan dalam penelitian adalah metode eksperimen (uji coba). “metode
eksperimen adalah metode untuk memperbandingkan hasilnya pemakaian satu atau
lebih kolompok ekperimen”. Dan metode terapan dengan studi lapangan, dimana
peneliti melakukan pengamatan secara langsung pada objek penelitian kemudian
menganalisis data dan membuat kesimpulan untuk pemecahan masalah. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan wawancara yaitu peneliti melakukan tanya
jawab secara langsung dengan pihak terkait (Bapak Hunter).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan
Lingkungan
Peternakan
yang dikelola Perusda sangat mendukung untuk pemanfaatan limbah kotoran sapi,
karena pengelola peternakan sapi di Perusda tak perlu lagi kebingungan membuang
kotoran sapinya. Sebab, kotoran sapi bisa diubah menjadi bahan bakar
untuk kompor dan pupuk. Selain itu, area yang cukup luas dan banyaknya kotoran
sapi merupakan kesempatan Perusda untuk mengolahnya agar tidak terjadi
pencemaran lingkungan.
Peneliti
bekerjasama dengan Perusda melakukan uji coba pembuatan Biogas secara sederhana
yaitu kotoran sapi yang telah terkumpul, dimasukkan ke septic tank (jawa:sapiteng)
untuk dijadikan Biogas. Biogas itu bisa dimanfaatkan untuk keperluan rumah
tangga, termasuk memasak. Karena itu, dari dalam septic tank
tersebut ada lubang kecil yang dimasuki paralon. Paralon ini tersambung dengan
selang yang dihubungkan kekompor gas di dapur rumah.
Teknologi
Biogas sudah diterapkan selama kurang lebih 1 tahun yang lalu. Jika Perusda
Aneka Usaha menyalurkan untuk mencukupi kebutuhan gas keluarga dengan asumsi
empat orang anggota keluarga, maka dibutuhkan dua sampai tiga ekor sapi. Setiap
hari, kotoran perekor sapi bisa mencapai sekitar 10 kg. Sedangkan dipeternakan
Perusda Aneka Usaha ada 30 ekor sapi, dengan demikian, dari tiga puluh ekor
sapi bisa didapat sampai 300 kg kotoran. Selain menghasilkan Biogas, sisa
fermentasi kotoran sapi tersebut bisa menghasilkan pupuk.
Dari
hasil uji coba, kebutuhan keluarga dengan anggota sejumlah 5 orang terhadap
Biogas yang digunakan khusus untuk memasak adalah 1,25 m3/ hari atau 0,25 m3
/hari/ orang. Sementara itu setiap 10 kg kotoran ternak sapi (jumlah yang
dihasilkan seekor ternak sapi per hari) berpotensi menghasilkan 0,36 m3 Biogas,
sehingga untuk satu keluarga dengan 5 anggota keluarga membutuhkan 4 ekor
ternak sapi, dengan perhitungan perolehan kotoran ternak sejumlah 40 kg/ hari
dan akan menghasilkan Biogas sejumlah 1,44 m3 /hari.
Untuk
minyak tanah dapat dibeli dengan harga sebesar Rp. 8000,-/liter, sedangkan
pemakai gas LPGpun jarang sekali disebabkan harga yang cukup mahal yaitu
mencapai Rp. 80.000,-/tabung, selain itu juga menyesuaikan dengan kantong
mereka, sehingga pemakai LPG hanya kalangan tertentu saja.
Keluarga-keluarga
yang menggunakan Biogas sudah tidak membutuhkan pembelian bahan bakar
karena sudah bisa terpenuhi kebutuhannya dari kotoran ternak yang dipeliharanya.
Analisis ekonomis
Untuk mengetahui
efisiensi biaya dari penggunaan bahan bakar rumah tangga dapat dilihat dalam
perbandingan anggaran pemakaian masing-masing bahan bakar.
Tabel Rata-rata perbandingan anggaran
pemakaian Biogas dengan bahan bakar lain.
Jenis Bahan Bakar
|
Harga Bahan Bakar
|
Nilai Ekonomis
|
Biaya BB/Thn
|
Harga Peralatan
|
|
Periode Penggunaan
|
Harga perhari
|
||||
1. Gas LPG
|
Rp. 80.000/ tabung
|
1 tabung 10 hari pemakaian
|
Rp. 8.000
|
Rp. 2.920.000
|
Rp. 600.000
|
2. .Minyak Tanah
|
Rp. 8.500/ liter
|
2 liter untuk sehari
|
Rp. 17.000
|
Rp. 6.205.000
|
Rp. 100.000
|
3. Biogas
|
Rp. 0
|
20 kg (kotoran sapi) untuk 2 jam
|
Rp. 1111 (asumsi perlatan masa manfaat 5 thn)
|
Rp. 400.000
|
Rp. 3.000.000
|
Analisis
di atas menunjukan bahwa Biogas membutuhkan biaya Rp. 3.000.000 untuk proses
pembuatan gas beserta peralatannya yang bertahan selama kurang lebih 5 tahun.
Terlihat dari tabel di atas penggunaan Biogas sebagai pengganti bahan bakar
rumah tangga adalah yang paling efisien, dari berbagai jenis bahan bakar yang
digunakan terlihat jelas bahwa Biogas merupakan salah satu alternatif untuk
menghemat biaya. Dalam satu tahun hanya membutuhksan biaya sebesar Rp. 400.000.
Dari analisis tersebut menunjukan penggunaan Gas LPG biaya yang dikeluarkan
dalam satu tahun mencapai. Rp. 2.920.000 dan biaya peralatan Rp. 600.000. Jadi
untuk pemakaian gas LPG membutuhkan biaya Rp. 3.520.000,. Kalau kita memakai
Biogas, kita masih bisa menyisihkan uang sejumlah Rp. 3.120.000/tahun (Rp.
3.520.000- Rp. 400.000. Kalau menggunakan minyak
tanah dalam satu tahun mencapai Rp 6.205.000 belum ditambah dengan
harga peralatan sebesar Rp 100.000. Biaya netto yang dikeluarkan untuk pengguna
minyak tanah sebesar Rp. 6.305.000 Dibandingkan dengan penggunaan Biogas
jauh lebih mahal. Kalau kita menggunakan Biogas dapat menekan biaya
sebesar Rp. 5.905.000. (Rp. 6.305.000- Rp. 400.000) selama satu
tahun.
Berdasarkan
analisis perbandingan di atas, pemanfaatan kotoran sapi sebagai pengganti bahan
bakar rumah tangga lebih memberikan keuntungan ekonomis, karena dengan
menggunakan Biogas tersebut dapat efisien biaya dibandingkan dengan penggunaan
bahan bakar lainya. Namun penduduk masih sedikit sekali untuk berfikir kearah
jangka panjang.
Metode
yang dipergunakan untuk mensosialisasikan Biogas adalah dengan memilih sebuah
keluarga sebagai Khalayak Sasaran Antara (KSA) yang diharapkan menjadi pelopor
dan bisa mengembangkan Biogas itu kepada Masyarakat sebagai Khalayak
Sasarannya.
Manfaat lain pembuatan
Biogas dapat digunakan sebagai pupuk kandang dengan kualitas baik, yang
merupakan sisa proses fermentasi untuk mendapatkan Biogas, dan pupuk kandang
tersebut langsung dapat digunakan sebagai pupuk terhadap tanaman sebagai
pengganti pupuk kimia.
Sementara
pengaruh dari penerapan Biogas terhadap perkembangan peternakan adalah sangat
baik yakni jumlah petani-peternak akan bertambah banyak dan otomatis
meningkatkan populasi ternak. Jika kita ingin berswasembada mau tidak mau, yang
namanya populasi ternak harus ditingkatkan. Pendekatan kearah itu adalah
meningkatkan minat masyarakat untuk berternak sapi.
KESIMPULAN
Dari hasil
penelitian di atas, kita bisa menarik keimpulan antara lain :
1.
Terbatasnya sumber energi yang ada di alam
dan semakin mahalnya harga bahan bakar rumah tangga menjadi masalah yang
dihadapi oleh masyarakat umum.
2.
Pemilihan teknologi Biogas dapat
menjadi alternatif yang cukup baik dalam mengatasi masalah pemenuhan kebutuhan
energi rumah tangga sehari-harinya karena lebih ekonomis.
3.
Berdasarkan hasil penelitian dengan
perbandingan anggaran pemakaian bahan bakar rumah tangga, penggunaan Biogas
merupakan pilihan yang tepat untuk efisiensi biaya.
4.
Pengolahan limbah kotoran sapi juga
berdampak terhadap lingkungan, yaitu pengurangi pencemaran lingkungan, karena
kotoran sapi dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar rumah tangga.
5.
Sisa dari fermentasi limbah kotoran sapi
dapat juga dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman.
6.
Melalui teknologi Biogas peternak memasak
dengan murah, bersih, ramah lingkungan, mendorong kelestarian alam,
meningkatkan produksi ternak, menghemat devisa negara, mendukung perbaikan
ekonomi rakyat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar